Rabu, 05 Februari 2014

DHF-DBD

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. T DENGAN DENGUE HEMORREGIK FEVER DI RUANGAN ANYELIR ATAS DI RSUD TANGERANG

Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak
Program Pendidikan Profesi Keperawatan (Ners) UMT


Di susun oleh:
Ariska indah suhandini, S.Kep
Feri rohamanudin, S.Kep
Nurul Hafizah, S.Kep
Teguh santoso, S.Kep
M. slamet, S.Kep





PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS I
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini nyaris di temukan diseluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dengan outbreak yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan.
Di Asia Tenggara termasuk Indonesia epidemik DBD merupakan problem abadi dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa penyakit ini terutama dijumpai pada anak-anak dibawah usia 15 tahun, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat ada kecenderungan peningkatan proporsi penderita DBD pada golongan dewasa dan tidak dikemukakan perbedaan signifikan dalam kerentanan terhadap serangan DBD antar gender (Djunaedi, 2006).
Penyakit demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu penyakit inipun menyebar luas kepenjuru Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Demam berdarah banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.. (
www.Datinkes.worpress.com.2010).

B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum:
Melakukan pemeriksaan fisik dan asuhan keperawatan pada anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.      Tujuan Khusus
Setelah melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan diharapkan :
1.        Mahasiswa mengetahui tentang DBD
2.        Mahasiswa mengetahui tentang penatalaksanaan DBD
3.        Mahasiswa mengetahui tentang tingkat perkembangan





BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

B.     ETIOLOGI
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue  adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses  (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a.       Aedes Aegypti
1)      Paling sering ditemukan
2)      Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3)      Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4)      Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5)      Jarak terbang 100  meter
b.      Aedes Albopictus
1)      Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2)      Menggigit pada waktu siang hari
3)      Jarak terbang 50 meter.(Rampengan T H, 2007)

C.     PATOF ISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitwxcD2bPLUMDEf4mfRnO3xCDGiL1yPLRLy8vXwjkJvqVC9pFqtQDcoZAGIpzX9-wDroux4CXqbFeElhoDZ-dQMwN5xWEN76FZV8pTGOy6er-D9Ni01QdYE6QKt4aWVO7KdP4wKlDJiLQ/s1600/Patoflow+DHF.png

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Demam tinggi 5-7 hari.
2.       Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
3.      Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4.      Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5.      Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6.      Sakit kepala.
7.      Pembengkakan sekitar mata.
8.      Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
9.      Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

E.     KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1.      Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2.      Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3.      Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
4.      Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur.

F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.        Klinik
a.       Demam mendadak, terus-menerus 2-7 hari.
b.      Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet maupun perdarahan spontan pada kulit (petekie, ekimosis, memar) dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
c.       Hepatomegali
d.      Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak teraba, tekanan darah menyempit (<20mmHg) atat hipotensi (<80mmHg) sampai tak terukur, kulit dingin, lembab dan malaise.
2.        Laboratorium
a.       Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang.
b.      Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
c.       Pemeriksaan penunjang
d.      Foto toraks lateral dekubitus kanan
e.       Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
f.       Darah rutin
g.      Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)
h.      Waktu perdarahan
i.        Menggunakan cara WY (N=1-7 menit).

G.    PENATALAKSANAAN
Setiap pasien tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain, seyogyanya pada kamar yang bebas nyamuk. Penatalaksanaannya adalah:
1.      Tirah baring
2.      Makanan lunak
3.      Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan munum banyak 1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)
4.      Medikamentosa yang bersifat simtomatis
5.      Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
6.      Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan yaitu:
a.       Keadaan umum memburuk
b.      Hati makin membesar
c.       Masa perdarahan memanjang
d.      Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
7.      Terapi untuk pengganti cairan yaitu:
a.       DBD tanpa renjatan
1)      Minum banyak 11/2 liter perhari
2)      Cairan intravena bila :
a)      Penderita muntah-muntah terus
b)       Intake tidak terjamin
c)      Pemeriksaan berkala Hmt cenderung meningkat terus.
d)     Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
b.      DBD dengan renjatan
1)      Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba serta tensi terukur, biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.
2)      Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah renajatan teratasi:
a)      Tekanan sistol > 80mmHg
b)      Nadi jelas terasa
c)      Amplitudo nadi cukup besar.
d)     Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam. Bila keadaan umum baik, jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL: Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan

H.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
2.      Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
3.      Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
4.      Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
5.      Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
6.      Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
8.      Riwayat Tumbuh Kembang
9.      Pengkajian Per Sistem
a.       Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b.      Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
c.       Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d.      Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e.       Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f.       Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
g.      Diagnosa Keperawatan
1)      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2)      Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3)      Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4)      Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5)      Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).






I.       Karakteristik Perkembangan Anak Usia 12-15 tahun
a.       Fisik:
1.      Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat.
2.      Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang.
3.      Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki.
b.      Psikomotor
1.      Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
2.      Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c.       Bahasa
1.      Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
2.      Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik.
d.      Perilaku kognitif
1.      Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.
2.      Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
3.      Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecende- rungan yang lebih jelas.
e.       Perilaku sosial
1.      Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
2.      Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
f.       Moralitas
1.      Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
2.      Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
3.      Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
g.      Perilaku keagamaan
1.      Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
2.      Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
3.      Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
4.      Konatif, emosi, afektif dan kepribadian
5.      Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
6.      Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernya-taan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat.
7.      Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
8.      Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
































BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    IDENTITAS DATA
1.      Nama: An. T
2.      Tempat/ Tgl lahir: Tangerang, 3-3-2001
3.      Usia: 13 tahun
4.      Nama Ayah: Tn. K
5.      Pekerjaan Ayah: Pegawai swasta
6.      Pekerjaan Ibu: Ibu rumah tangga
7.      Alamat: Pondok sukatani permai C11 RT 06/ 04
8.      Agama: Islam
9.      Suku Bangsa: Jawa- Indonesia
10.  Pendidikan Ayah: S1
11.  Pendidikan Ibu: SMA

B.     KELUHAN UTAMA: Klien mengeluh demam sejak 5 hari

C.    RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN:
a.       Prenatal: selama masa kehamilan ibu An.t periksa ke bidan setiap sebulan sekali, dengan masa kehamilan 39 minggu dan lahir pada tahun 2001.
b.      Intranatal: tidak ada masalah, lahir normal, spontan lahir di bidan.
c.       Postnatal: berat badan lahir 2600 gram, panjang 49 cm dan tidak ada kelainan kongenital.

D.    RIWAYAT MASA LALU
1.      Penyakit waktu lalu: DBD pada bulan mei 2013
2.      Pernah dirawat dirumah sakit: Ya
3.      Tindakan (operasi): tidak pernah operasi
4.      Alergi: Tidak ada alergi
5.      Kecelakan: tidak pernah kecelakaan
6.      Imunisasi: lengkap

E.     RIWAYAT KELUARGA
1.      Penyakit yang pernah diderita
a.       Orang tua: Tidak ada
b.      Saudara kandung: Tidak ada
c.       Anggota keluraga lain: Tidak ada
2.      Penyakit yang sedang diderita
a.       Orang tua: Tidak Ada
b.      Saudara kandung: Tidak ada
c.       Anggota keluarga lain: Tidak ada

3.      Genogram
 



 

 







Keterangan:
Laki-laki :

Perempuan:

Pasien:

Garis keturunan:

Garis ditinggal satu rumah:

F.     RIWAYAT SOSIAL
1.      Yang mengasuh: Ibu
2.      Hubungan dengan anggota keluarga: Interaksi dalam keluarga baik
3.      Hubungan dengan teman sebaya: Interaksi dengan teman sebaya baik
4.      Pembawaan secara umum: Tidak ada
5.      Lingkungan rumah: Lingkungan rumah padat penduduk

G.    KEBUTUHAN DASAR
1.      Makanan yang disukai dan makanan yang tidak disukai: Makanan yang disukai ayam bakar dan tidak telalu suka makanan pedas
a.       Selera: tidak nafsu makan, terasa mual
b.      Alat makan yang dipakai: sedok dan piring
c.       Pola makan/ jam: 3 kali sehari, pagi jam 7, siang jam 12.30 dan malam jam 17.00 WIB
2.      Pola tidur: ± 7 jam pada malam hari
3.      Mandi: 2 kali sehariDiagnosa medis: Dengue hemorragik fever
4.      Tidakan operasi: tidak ada
5.      Status nutrisi:
6.      Aktifitas bermain:
7.      Eliminasi: BAK ± 8 kali sehari, BAB 1 kali pada pagi hari


H.    KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1.      Status cairan:
2.      Obat-obatan:
a.       Sanmol syirup 3x1 tab 500 mg
b.      Ranitidin 2x1 gr 2mg
c.       Rl 40 tetes permenit
3.      Aktifitas: istirahat di tempat tidur atau bed rest
4.      Tindakan keperawatan:
5.      Hasil laboratorium:
a.       Hemoglobin: 13,8 g/dl (12,8-16,8)
b.      Henatokrit: 41,0 % (33-45) 
c.       Leukosit: 4,5 rbu/dl (5-13,5)
d.      Trombosit : 90 ribu/ ul (150-450)
e.       Typoid O : negatif (Negatif)
f.       Paratatypi AO: negatif (Negatif)
g.      Paratatypi BO: negatif (Negatif)
h.      Paratatypi CO: negatif (Negatif)
i.        Typoid  H: negatif (Negatif)
j.        Paratatypi AH: negatif (Negatif)
k.      Paratatypi BH: positif 1/80 (Negatif)
l.        Paratatypi CH: negatif (Negatif)
6.      Hasil rongen: tidak ada hasil rongen

I.       PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum: Baik, Tingkat kesadaran compos mentis
2.      Tanda-tanda vital:
TD: 120/ 60 mmHg, S: 38,2 C, N: 88 x/ menit, R: 20 x/ menit/.
3.      TB/ BB:
TB: 140 cm, BB: 33 kg
4.      Mata:
·         Bentuk: Bulat dan simetris
·         Daya akomodasi: Normal (dapat melihat ke segala arah)
·         Reaksi Pupil: Miosis terhadap cahaya
·         Konjungtifa: Anemis, pucat
·         Sclera: Tidak ikterik
·         Pergerakan bola mata: Normal simetris (dapat melihat ke segala arah)
·         Edema Palpebra: Tidak ada edema
·         Adanya lesei: Tidak ada
5.      Hidung:
·         Keluaran  / sekret: Tidak ada sekret
·         Lecet  /Lesi: Tidak ada lesi
·         Septum: Tidak ada
·         Edema /polip: Tidak ada edema
·         Reaksi alergi: Tidak ada reaksi alergi
·         Fungsi penghindu: Normal (dapat mencium adanya bau)
·         Epistaksis: Tidak ada epistaksis
6.      Mulut:
·         Bentuk: Lebar dan simetris
·         Lesi / lecet: Tidak ada lesi
·         Membran mukosa: Kering
·         Warna bibir: Cokelat dan pucat
·         Kelengkapan gigi / Penggunaan gigi palsu :: Tidak menggunakan gigi palsu, gigi lengkap
·         Caries : Ada caries gigi
·         Edema pada gusi : Tidak ada edema gusi
·         Pembesaran tonsil: Tidak ada pembesaran
·         Stomatitis: Tidak ada stomatitis
·         Kesulitan menelan: Tidak ada kesulitan menelan
·         Lidah: Normal, pucat (tapi tidak tampak bersih)
7.      Telingga:
·         Bentuk: Normal, Simetris
·         Lesi /Lecet: Tidak ada lesi
·         Keluaran   ( cerumen/cairan): tidak ada
·         Fungsi Pendengaran   : Nerfus VIII ( normal)
§  hasil test weber : Lateralisasi kiri dan kanan
§  Test Rine : Rine (+)
§  Test Swabach: memendek
§  Test bisik : Jarak 2 meter klien dapat mendengar suara bisik
§  Fungsi Keseimbangan : Normal
8.      Leher:
·         Kulit : Cokelat, Sawo matang
·         ROM: Normal, ( dapat digerakkan ke segala arah )
·         Kelenjar Getah Bening: Tidak ada bengkak
·         Kelenjar Tiroid: Normal, ( tidak ada masa pembesaran )
·         Trachea: Normal, ( tak ada pembesaran massa )
9.      Dada:
·         Suara Paru: Normal ( Vesikuler )
·         Pola nafas: Normal 20x/menit ( Reguler )
·         Bentuk    dada: Simetris
·         Sputum: Tidak ada sputum
·         Nyeri    dada: tidak ada nyeri dada
·         Batuk  /haemaptoe: Tidak ada haemaptome
·         Pengembangan dada: Kembang kempis
·         Penggunaan otot pernapasan tambahan : Napas tambahan perut
·         Frekuensi: 20x/menit
·         Irama pernapasan: Teratur ( Reguler )
·         Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
10.  Sirkulasi:
·         Distensi  vena jugularis : Normal
·         Suara jantung : S1&S2 Normal, Teratur
·         Suara jantung tambahan : S3 tidak ada
·         Nyeri  dada: Ada nyeri dada ketika sesak
·         Edema: Tidak ada edema
·         Clubbing: Tidak ada clubbing
·         Rasa pusing: Ada rasa pusing
·         Capileri Refile: Normal < 5 detik
·         Rasa kesemutan: Tidak ada Kesemutan
·         Perubahan frekuensi/ jumlah urine :ada,100cc
·         Varises: tidak ada varises di kaki
·         Tanda cianosis: Tidak ada cianosis
·         Tanda anemia: Pucat, anemis
·         Tanda plebitis: Tidak ada plebitis, ( kemerahan, pembengkakan, nyeri )
·         Akral dingin: Akral hangat
11.  Kulit:
·         Warna: Sawo matang
·         Tugor: Normal, elastis
·         Texture: Normal, kasar
·         Lesi luka: Tidak ada lesi
12.  Genitalia:
·         Pertama kali haid umur: 12 tahun

J.      PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1.      Fisik:
a.       Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita)
2.      Psikomotor
a.       Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
b.      Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3.      Bahasa : mulai menyukai bahasa asing
4.      Perilaku kognitif:
a.       Rasa inggin tahu dan mencoba tinggi
b.      Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.
5.      Perilaku sosial: berinteraksi dengan teman sebayanya dengan membentuk kelompok kecil dan bersifat temporer
6.      Moralitas :
a.       Sikap dan cara berpikir yang kritis
b.      Mengidolakan tokoh tertentu seperti artis.

K.    ANALISA DATA

Data
Etiologi
Masalah
DS :
     Klien mengatakan lemas
DO:
     Klien terlihat pucat
     Klien terlihat gelisah
     Klien berkeringat
     Trombosit  90 ribu/dl (150-450 rbu/dl)
     S: 38,2 C (36-37,5C)

Virus Dengue (arbovirus)
 

Melalui gigitan nyamuk
Masuk kedalam tubuh
 

Re infection oleh virus dengue dengan serotip berbeda
Berekasi dengan antibody

Meninbulkan respon peradangan


Hipertemi
DS :
      Klien  mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x
DO :
      Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)
      Berat badan sebelum masuk RS 35 Kg
      BB sekarang 33 kg
      TB 140cm
      IMT 33 = 16
       (1,4)2

Menimbulkan respon peradangan
 


Menstimulasi medulla vomiting center


Mual dan muntah


Intake nutrisi kurang
Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Faktor resiko terjadi perdarahan yang lebih lanjut:
      Klien  mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan
      Tampak bintik merah di kulit
      Trombosit 90.000/dl (150-450 ribu/dl)
      Leukosit 4,3 ribu/dl (5-13,5 rbu/ dl)



Terbentuk kompleks antibody dalam sirkulasi darah
 


Pengaktifan system complement dan dilepaskannya anvilaktosin C3a dan C5a
 


Lepaskan histamine yang besifat vasoaktif
 


Permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat

Kebocoran plasma di intertisium

Penurunan jumlah cairan intravaskuler

Trombositopenia

Resiko terjadi perdarahan


L.     PRIORITAS MASALAH
1.      Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia
3.      Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.










M.   RENCANA KEPERAWATAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
No DX
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Anak menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan criteria hasil :
-         Badan tak terasa panas
-         Suhu dan nadi dalam batas normal 36,50c-370c dan 50-90 x/m

      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
      Berikan kompres air hangat
      Anjurkan orang tua untuk memberikan banyak   minum paling tidak  ± 8-9 gelas /hari
      Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal
      Anjurkan orang tua untuk segera mengganti pakaian klien jika sudah basah oleh keringat
      Berikan terapi intravena dan obat-obatan sesuai dengan progam dokter

      Suhu 38,9-41,10c menunjukkan proses penyakit infeksi akut.
      Pemberian kompres membuat vasodilatasi
      Mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat selain itu untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
      Untuk memudahkan dalam proses penguapan

2
Anak menunjukan kebutuhan nutrisi yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan kriteria hasil:
      Anak tidak merasa mual dan muntah
      Nafsu makan meningkat
      Porsi makan dihabiskan
      BB kembali bertambah ½ kg


      Sajikan makan yang mudah ditelan, seperti bubur, serta dihidangkan selagi masih hangat
      Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
      Catat  jumlah porsi makanan yang dihabiskan oleh klien tiap hari
      Pertahankan kebersihan mulut pasien
      Timbang berat badan tiap hari
      Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/nutrisi bagi anak terutama saat sakit
      Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual
      Karena porsi kecil biasanya ditoleransi dengan baik.
      Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian diet yang selanjutnya.
      Untuk merangsang napsu makan
      Untuk membantu status nutrisi
      Makanan merupakan penambahan makanan bagi anak saki

3
Tidak terjadi perdarahan lanjut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan kriteria hasil:
-        Tidak ada bintik-bintik merah di kulit
-        Trombosit kembali nnnormalnormanormal 150.000-normal 450.000/dl
-        Leukosit normal 6000-12000/dl
      Monitor tanda-tanda perdarahan
       Monitor penurunan trombosit
      Anjurkan anak untuk banyak istirahat
      Anjurkan anak untuk banyak minum
      Anjurkan agar anak tidak menggosok gigi dengan keras
      Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan trombosit dan pemberian terapi



      Untuk mengetahui apabila ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
      Untuk mengetahui perkembangan penyakit
      Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses penyembuhan
      Membantu meningkatkan jumlah trombosit dalam tubuh
      Merangsang terjadinya perdarahan dengan kadar trombosit turun
      Indentifikasi kadar trombosit dan memberikan tindakan secara tepat sehingga tanda-tanda perdarahan dapat diantisipasi lebih lanjut




N.    CATATAN KEPERAWATAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
Tgl/
No Dx
Implementasi dan respon hasil
Ttd
Selasa 27-1-14
Jam 7
1
Ø  Mengobservasi tanda-tanda vital
RH: S : 380c,N : 92x/mnt, R : 22x/m, TD: 110/70 mmHg
Ø  Memberikan kompres air hangat pada dahi
Ø  Menganjurkan anak untuk minum banyak air/jus jambu ± 8-9 gelas/har
Ø  Menganjurkan klien untuk memakai pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
Ø  Membantu menggati pakaian anak karena sudah basah oleh keringat
Ø  Memberikan obat sanmol syrup 3x1tab, ranitidin 2x 1 gr
Ø  Mengganti cairan IVFD RL 40 tts/mnt


Rabu 28-1-14
Jam 7
2
Ø  Menyajikan makanan bubur, ikan, sayur, dalam keadaan hangat
Ø  Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering
Ø  Mencatat jumlah porsi makanan yang dihabiskan ½ porsi
Ø   Menganjurkan pada klien dan orang tua untuk mempertahankan kebersihan mulut dengan menggosok gigi.
Ø  Menimbang berat badan
RH: BB 33 kg
Ø  Menjelaskan kepada orang tua manfaat nutisi bagi anak terutama saat sakit. harus menkonsumsi makanan yang bergizi untuk  menambah stamina dan mempercepat proses penyembuhan

Kamis 29-1-14
Jam 7
3
Ø  Memonitor tanda-tanda perdarahan yaitu bintik-bintik merah, yang timbul dikulit
Ø  Memonitor jumlah penurunan trombosit 90.000/dl
Ø  Menganjurkan kepada anak untuk beristirahat banyak dan mengurangi aktivitas yang berlebihan karena akan membutuhkan energi  lebih.
Ø  Menganjurkan kepada orang tua untuk lebih sering memberikan anak minum air/jus jambu yang banyak ± I gelas /jam
Ø  Menganjurkan kepada anak untuk tidak menggosok gigi dengan keras karena akan merangsang terjadinya perdarahan.
Ø  Mengambil darah untuk pemeriksaan Ht,Hb,trombosit sebanyak ± 2 cc



























O.    CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
Tgl/jam
No Dx
Evaluasi (S.O.A.P)
Ttd
Selasa 27-1-14
Jam 9
1
S:
-        Klien mengatakan badan masih terasa  panas
O:
-        Akral teraba panas
-        S : 37,80c
-        N : 92x/m
A:
Masalah peningkatan suhu tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan tindakan keperawatan

Rabu 28-1-14
Jam 9
2
S:
-       Klien mengatakan mulai ada napsu makan
O:
-       Makanan yang disajikan habis ½ porsi, BB 33 kg
-       Bibir tampak kering
A:
Masalah nutrisi belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensi keperawatan


Kamis 29-1-14
Jam 14
3
S:
Klien  mengatakan masih ada bintik merah di kedua kaki dan tangan
O:
-        Tampak bintik merah dikaki dan tangan
-        Trombosit 90.000/dl, Hb : 12 gr%,  Ht : 36g
A:
Masalah potensial terjadi perdarahan
belum teratasi
P:
Lanjutkan tindakan keperawatan



BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang isu pada penyakit dengue hemoraggik fever. Yang terdiri dari penggunaan fogging, Penerapan 3 M plus dan daun jambu biji.
A.    PENGGUNAAN FOGGING
Fogging atau pengkabutan menjadi salah satu metode yang sering digunakan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (DBD). Pada metode ini, suatu lokasi disemprot dengan insektisida menggunakan mesin. Fogging dalam dosis tertentu ini bertujuan memberantas nyamuk dewasa, atau yang sudah bisa terbang berpindah. Namun, metodefogging saat ini dipertanyakan efektivitasnya. Hal ini dikarenakan kasus demam berdarah yang cenderung meningkat.
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD yang semakin meningkat, Budi berbagi tips agar upaya fogging menjadi efektif. Agar hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.      Minimal beradius 100 meter
Pelaksaan fogging sebaiknya tidak dilakukan per kasus, seperti yang kerap dilakukan saat ini. Fogging juga sebaiknya dilakukan dalam jarak 100 meter di sekeliling tempat tinggal penderita DBD. Hal ini dikarenakan, 100 meter adalah jarak optimal bagi nyamuk DBD untuk berpindah tempat. Rumah dalam radius 100 meter berpeluang besar terkena virus DBD. Radius 100 meter adalah ketentuan bila hanya terdapat satu korban. Jika korban lebih dari 3 makan radius bertambah lebih dari 100 meter. Jadi jangan lagi fogging per wilayah RT, terlalu kecil. Lebih baik per RW dan bisa dibentuk kelompok RW siaga.
2.      Perhatikan dosis
Ini menjadi poin penting. Sering insektisida dan solar tidak berimbang,” kata Budi. Penyemprotan harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional. Bila insektisida terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau minyak tanah yang mengganggu kenyamanan. Dosis yang tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk resisten insektisida.
3.      Awasi arah angin
Arah angin seringkali luput dari perhatian. Padahal angin yang akan menyebarkan semprotan insktisida ke seluruh wilayah, dalam radius tertentu. Angin juga yang membawa nyamuk terbang berpindah menghindari pestisida. Fogging menyebabkan droplet insektisida dan mematikan bagi nyamuk dewasa yang kontak langsung. Saat dikeluarkan dari mesin penyemprot, kabut insektisida akan langsung menyebar sesuai arah angin. Oleh karena itu, sebaiknya penyemprotan dilakukan sesuai arah angin. Penyemprotan yang melawan arah angin akan mengenai tubuh penyemprot bukan nyamuk yang menjadi sasaran. Akibatnya insektisida akan menjadi toksik bagi penyemprot.
Jurnal kesehatan yg berjudul Hubungan Angka Bebas Jentik Dan frekuensi Foging Dngan Angka Kejadian DBD Di wilayah Kerja Puskesmas Gribling Kecamatan Kedungkandang Kota Malang  oleh Lilik Zuhriyah*, Endang Sriwahyuni**, Indah Bachti Setyarini.
Menyebutkan bahwa. ABJ dan frekuensi fogging tidak menurunkan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gribig, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang tahun 2008-2009. Frekuensi fogging berhubungan dengan angka bebas jentik (ABJ) di Kelurahan Lesanpuro, Madyopuro dan Sawojajar. Keduanya memiliki hubungan yang lemah dengan arah positif. Hal ini menunjukkan peningkatan frekeunsi fogging menurunkan ABJ. Angka bebas jentik (ABJ) berhubungan dengan angka kejadian DBD di Kelurahan Lesanpuro, Madyopuro dan Sawojajar. Keduanya memiliki hubungan yang sedang dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ABJ meningkat namun angka kejadian DBD tetap meningkat.

B.     PENERAPAN 3M PLUS
Teknis dasar 3 M Plus yaitu
1.      Pertama,Menguras: membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti: bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampungan lemari es dan sebagainya.
2.      Kedua, Menutup: memberi tutup rapat pada tempat-tempat penampungan air seperti: drum, kendi, toren air dan lain sebagainya.
3.      Ketiga, Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi jadi tempat nyamukk demam berdarah bertelur.
4.      Sementara itu, makna Plus dalam teknik dasar ini yaitu melakukan segala bentuk pencegahan lainnya seperti memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanan tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, tidak menggantungkan pakaian di dalam rumah karena disukai nyamuk untuk tempat istirahat dan lain sebagainya.
5.      "Pemberantasan dengan teknik ini perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba karean air hujan dapat meningkatkan ketersediaan breeding places vektor sehingga menimbulkan kasus luar biasa.
Jurnal kesehatan yang berjudul Hubungan 3M plus dengan densitas larva Aedes aegypti di kelurahan birobuli selatan kota palu sulawesi oleh Nahdah1, Hasanuddin Ishak2, Agus Bintara Birawida.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) 3M plus dengan keberadaan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu, Terdapat hubungan Jenis kontainer di TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu. Densitas larva Aedes aegypti pada hasil observasi masuk dalam kategori kepadatan sedang dengan Density figure 5. Hal ini masih menunjukkan masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di Kelurahan Birobuli Selatan.

C.    DAUN JAMBU BIJI
Beragam manfaat daun jambu biji ini tentu bersumber dari senyawa yang ada di dalam daun itu sendiri.Berdasarkan penelitian klinis ditemukan fakta bahwa daun jambu biji ini mengandung sejumlah senyawa penting antara lain: Saponin. Flavanoid. Polifenol. Alkaloid. Karoten. Steroid. Kuinon. Anti-oksidan. Minyak atsiri.Tannin. dan Senyawa anti-mutagenic.
Dari dulu daun jambu biji ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat alternatif karena mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan sudah banyak mengakui kemampuannya, terutama sebagai obat Demam Berdarah (DBD).
Jurnal kesehatan yang berjudul Efek Penggunaan Suplemen Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) dan Angkak (Monascus purpureus) dalam Meningkatkan Trombosit pada Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang disusun oleh Septi Muharni1*, Almahdy2 dan Rose Dinda Martini3.
Dari hasil penelitian efek penggunaan suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dan angkak (Monascus purpureus) dalam meningkatkan trombosit pada pasien DBD yang dirawat inap di bangsal Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang didapatkan hasil bahwa pemberian suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dan angkak (Monascus purpureus) lebih cepat meningkatkan jumlah trombosit pada pasien DBD > 100.000/μL dibandingkan kelompok kontrol.





















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.        Kesimpulan
1.      DHF adalah penyakit infeksi akut yang di sebabkan oleh virus, yang di tularkan melalui gigitan vektor aides aigepti
2.      Asuhan keperawatan yang di lakukan akan berhasil sesuai dengan tindakan keperawatan yang terintegrasi secara baik yang di lakukan oleh perawat, dokter serta peran serta keluarga .

B.         Saran
1.      Tenaga Kesehatan
Petugas Kesehatan dapat mengetahui dengan jelas dan meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit DHF dalam pencegahannya dengan memberikan leaflet dan poster baik difasilitas kesehatan ataupun di sarana umum lainnya.
2.      Bagi ibu, Keluarga, dan Masyarakat
Dari hasil ini dapat menjadi masukkan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan pengelolaan lingkungan dan melakukan perlindungan diri seperti melakukan program 3M dan pelaksanaan PSN secara mandiri dan teratur, serta memakai lotion dan obat anti nyamuk sebagai tindakan pencegahan penyakit DHF.













DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A (2008), pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: EGC
Nursalam (2008), Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: Salemba Medika
Priska Ani (2012), kutipan: Karya tulis ilmia. Bekasi: Antariksa.
Nurohman, Inung. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak M dengan DM DHF di Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Efendy, Christante. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

http://www.dinkes_dki.go.id/penyakit.html#demamberdarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar