ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.
T DENGAN DENGUE HEMORREGIK FEVER DI RUANGAN ANYELIR ATAS DI RSUD TANGERANG
Tugas Kelompok
Stase Keperawatan Anak
Program Pendidikan
Profesi Keperawatan (Ners) UMT
Di susun oleh:
Ariska indah
suhandini, S.Kep
Feri rohamanudin,
S.Kep
Nurul Hafizah,
S.Kep
Teguh santoso,
S.Kep
M. slamet, S.Kep
PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI NERS I
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penyakit
demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini nyaris di temukan diseluruh
belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik
maupun epidemik dengan outbreak yang berkaitan dengan datangnya musim
penghujan.
Di
Asia Tenggara termasuk Indonesia epidemik DBD merupakan problem abadi dan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Hasil studi epidemiologik
menunjukkan bahwa penyakit ini terutama dijumpai pada anak-anak dibawah usia 15
tahun, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat ada kecenderungan peningkatan
proporsi penderita DBD pada golongan dewasa dan tidak dikemukakan perbedaan
signifikan dalam kerentanan terhadap serangan DBD antar gender (Djunaedi,
2006).
Penyakit demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan
di Surabaya pada tahun 1958 sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu penyakit inipun menyebar luas
kepenjuru Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) terjadi pada tahun 1998 dimana
Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini
dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Demam berdarah banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.. (www.Datinkes.worpress.com.2010).
Demam berdarah banyak ditemukan didaerah tropis dan sub tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Word Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.. (www.Datinkes.worpress.com.2010).
B.
TUJUAN
1. Tujuan
Umum:
Melakukan
pemeriksaan fisik dan asuhan keperawatan pada anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2. Tujuan
Khusus
Setelah melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan diharapkan :
1.
Mahasiswa
mengetahui tentang DBD
2.
Mahasiswa
mengetahui tentang penatalaksanaan DBD
3.
Mahasiswa
mengetahui tentang tingkat perkembangan
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Dengue
adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai
dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam
dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang
dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai
leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang
terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie)
spontan (Noer, dkk, 1999). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
B.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne
viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam
Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes.
Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a.
Aedes
Aegypti
1)
Paling
sering ditemukan
2)
Adalah
nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam
rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di
sekitar rumah.
3)
Nyamuk ini
sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4)
Biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5)
Jarak
terbang 100 meter
b.
Aedes
Albopictus
1)
Tempat
habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2)
Menggigit
pada waktu siang hari
3)
Jarak
terbang 50 meter.(Rampengan T H, 2007)
C.
PATOF ISIOLOGI
Virus dengue
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi
dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam
dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh
virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik
antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks
virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Demam tinggi
5-7 hari.
2. Perdarahan,
terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
3. Epistaksis,
hematemesis, melena, hematuria.
4. Mual,
muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot,
tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit
kepala.
7. Pembengkakan
sekitar mata.
8. Pembesaran
hati, limpa dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda
renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
E.
KLASIFIKASI
WHO, 1986
mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
: Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
4. Derajat IV :
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur.
F.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Klinik
a.
Demam mendadak, terus-menerus 2-7 hari.
b.
Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet
maupun perdarahan spontan pada kulit (petekie, ekimosis, memar) dan/atau di
tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
c.
Hepatomegali
d.
Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak teraba,
tekanan darah menyempit (<20mmHg) atat hipotensi (<80mmHg) sampai tak
terukur, kulit dingin, lembab dan malaise.
2.
Laboratorium
a.
Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3,
penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang.
b.
Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau
meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
c.
Pemeriksaan penunjang
d.
Foto toraks lateral dekubitus kanan
e.
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
f.
Darah rutin
g.
Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru
6-30%)
h.
Waktu perdarahan
i.
Menggunakan cara WY (N=1-7 menit).
G.
PENATALAKSANAAN
Setiap pasien tersangka DF atau DHF
sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien lain, seyogyanya pada kamar
yang bebas nyamuk. Penatalaksanaannya adalah:
1.
Tirah baring
2.
Makanan lunak
3.
Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan munum banyak
1,5-2 liter /24 jam (susu,air gula, sirop)
4.
Medikamentosa yang bersifat simtomatis
5.
Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi
sekunder
6.
Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda
renjatan yaitu:
a.
Keadaan umum memburuk
b.
Hati makin membesar
c.
Masa perdarahan memanjang
d.
Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
7.
Terapi untuk pengganti cairan yaitu:
a.
DBD tanpa renjatan
1)
Minum banyak 11/2 liter
perhari
2)
Cairan intravena bila :
a)
Penderita muntah-muntah terus
b)
Intake tidak terjamin
c)
Pemeriksaan berkala Hmt cenderung meningkat terus.
d)
Jenis cairan: RL atau asering 5, 10 mL/KgBB/24 jam.
b.
DBD dengan renjatan
1)
Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL
sampai nadi teraba serta tensi terukur, biasanya sudah tercapai dalam 15-30
menit.
2)
Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan
tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah renajatan teratasi:
a)
Tekanan sistol > 80mmHg
b)
Nadi jelas terasa
c)
Amplitudo nadi cukup besar.
d)
Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam.
Bila keadaan umum baik, jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL:
Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan
H.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
3. Keluhan
Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual,
dan nafsu makan menurun.
5. Riwayat
penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
6. Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang
lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
7. Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
8. Riwayat
Tumbuh Kembang
9. Pengkajian
Per Sistem
a. Sistem
Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
b. Sistem
Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
c. Sistem
Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji
tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan
sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem
Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem
perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam,
akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem
Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada
grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III
dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
g. Diagnosa
Keperawatan
1) Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2) Resiko
defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
3) Resiko syok
hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
4) Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
5) Resiko terjadi
perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni).
I. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 12-15 tahun
a. Fisik:
1. Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat.
2. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang.
3. Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot
mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi
kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki.
b. Psikomotor
1. Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
2. Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa
1. Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa
asing.
2. Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik
dan estetik.
d. Perilaku kognitif
1. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
(asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak,
meskipun relatif terbatas.
2. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
3. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecende-
rungan yang lebih jelas.
e. Perilaku sosial
1. Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan
bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
2. Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat
konformitas yang tinggi.
f. Moralitas
1. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua
dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
2. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya.
3. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe
idolanya.
g. Perilaku keagamaan
1. Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
2. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan
adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
3. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
4. Konatif, emosi, afektif dan kepribadian
5. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan
aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
6. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali
seperti pernya-taan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah
dan silih berganti dalam yang cepat.
7. Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf
eksplorasi dan mencoba-coba.
8. Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk
kepribadiannnya.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
IDENTITAS
DATA
1. Nama:
An. T
2. Tempat/
Tgl lahir: Tangerang, 3-3-2001
3. Usia:
13 tahun
4. Nama
Ayah: Tn. K
5. Pekerjaan
Ayah: Pegawai swasta
6. Pekerjaan
Ibu: Ibu rumah tangga
7. Alamat:
Pondok sukatani permai C11 RT 06/ 04
8. Agama:
Islam
9. Suku
Bangsa: Jawa- Indonesia
10. Pendidikan
Ayah: S1
11. Pendidikan
Ibu: SMA
B.
KELUHAN
UTAMA: Klien
mengeluh demam sejak 5 hari
C.
RIWAYAT
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN:
a. Prenatal:
selama masa kehamilan ibu An.t periksa ke bidan setiap sebulan sekali, dengan
masa kehamilan 39 minggu dan lahir pada tahun 2001.
b. Intranatal:
tidak ada masalah, lahir normal, spontan lahir di bidan.
c. Postnatal:
berat badan lahir 2600 gram, panjang 49 cm dan tidak ada kelainan kongenital.
D.
RIWAYAT
MASA LALU
1. Penyakit
waktu lalu: DBD pada bulan mei 2013
2. Pernah
dirawat dirumah sakit: Ya
3. Tindakan
(operasi): tidak pernah operasi
4. Alergi:
Tidak ada alergi
5. Kecelakan:
tidak pernah kecelakaan
6. Imunisasi:
lengkap
E.
RIWAYAT
KELUARGA
1. Penyakit
yang pernah diderita
a. Orang
tua: Tidak ada
b. Saudara
kandung: Tidak ada
c. Anggota
keluraga lain: Tidak ada
2. Penyakit
yang sedang diderita
a. Orang
tua: Tidak Ada
b. Saudara
kandung: Tidak ada
c. Anggota
keluarga lain: Tidak ada
3. Genogram
Keterangan:
Laki-laki
:
Perempuan:
Pasien:
Garis keturunan:
Garis ditinggal satu rumah:
F.
RIWAYAT
SOSIAL
1. Yang
mengasuh: Ibu
2. Hubungan
dengan anggota keluarga: Interaksi dalam keluarga baik
3. Hubungan
dengan teman sebaya: Interaksi dengan teman sebaya baik
4. Pembawaan
secara umum: Tidak ada
5. Lingkungan
rumah: Lingkungan rumah padat penduduk
G.
KEBUTUHAN
DASAR
1. Makanan
yang disukai dan makanan yang tidak disukai: Makanan yang disukai ayam bakar
dan tidak telalu suka makanan pedas
a. Selera:
tidak nafsu makan, terasa mual
b. Alat
makan yang dipakai: sedok dan piring
c. Pola
makan/ jam: 3 kali sehari, pagi jam 7, siang jam 12.30 dan malam jam 17.00 WIB
2. Pola
tidur: ± 7 jam pada malam hari
3. Mandi:
2 kali sehariDiagnosa medis: Dengue hemorragik fever
4. Tidakan
operasi: tidak ada
5. Status
nutrisi:
6. Aktifitas
bermain:
7. Eliminasi:
BAK ± 8 kali sehari, BAB 1 kali pada pagi hari
H.
KEADAAN
KESEHATAN SAAT INI
1. Status
cairan:
2. Obat-obatan:
a. Sanmol
syirup 3x1 tab 500 mg
b. Ranitidin
2x1 gr 2mg
c. Rl
40 tetes permenit
3. Aktifitas:
istirahat di tempat tidur atau bed rest
4. Tindakan
keperawatan:
5. Hasil
laboratorium:
a. Hemoglobin:
13,8 g/dl (12,8-16,8)
b. Henatokrit:
41,0 % (33-45)
c. Leukosit:
4,5 rbu/dl (5-13,5)
d. Trombosit
: 90 ribu/ ul (150-450)
e. Typoid
O : negatif (Negatif)
f. Paratatypi
AO: negatif (Negatif)
g. Paratatypi
BO: negatif (Negatif)
h. Paratatypi
CO: negatif (Negatif)
i.
Typoid
H: negatif (Negatif)
j.
Paratatypi AH: negatif (Negatif)
k. Paratatypi
BH: positif 1/80 (Negatif)
l.
Paratatypi CH: negatif (Negatif)
6. Hasil
rongen: tidak ada hasil rongen
I.
PEMERIKSAAN
FISIK
1. Keadaan
umum: Baik, Tingkat kesadaran compos mentis
2. Tanda-tanda
vital:
TD:
120/ 60 mmHg, S: 38,2 C, N: 88 x/ menit, R: 20 x/ menit/.
3. TB/
BB:
TB:
140 cm, BB: 33 kg
4. Mata:
·
Bentuk: Bulat dan simetris
·
Daya akomodasi: Normal (dapat melihat ke
segala arah)
·
Reaksi
Pupil: Miosis terhadap cahaya
·
Konjungtifa:
Anemis, pucat
·
Sclera:
Tidak ikterik
·
Pergerakan
bola mata: Normal simetris (dapat melihat ke segala arah)
·
Edema
Palpebra: Tidak ada edema
·
Adanya
lesei: Tidak ada
5. Hidung:
·
Keluaran / sekret: Tidak ada sekret
·
Lecet /Lesi: Tidak ada lesi
·
Septum:
Tidak ada
·
Edema
/polip: Tidak ada edema
·
Reaksi
alergi: Tidak ada reaksi alergi
·
Fungsi
penghindu: Normal (dapat mencium adanya bau)
·
Epistaksis:
Tidak ada epistaksis
6. Mulut:
·
Bentuk:
Lebar dan simetris
·
Lesi
/ lecet: Tidak ada lesi
·
Membran
mukosa: Kering
·
Warna
bibir: Cokelat dan pucat
·
Kelengkapan
gigi / Penggunaan gigi palsu :: Tidak menggunakan gigi palsu, gigi lengkap
·
Caries
: Ada caries gigi
·
Edema
pada gusi : Tidak ada edema gusi
·
Pembesaran
tonsil: Tidak ada pembesaran
·
Stomatitis:
Tidak ada stomatitis
·
Kesulitan
menelan: Tidak ada kesulitan menelan
·
Lidah:
Normal, pucat (tapi tidak tampak bersih)
7. Telingga:
·
Bentuk:
Normal, Simetris
·
Lesi
/Lecet: Tidak ada lesi
·
Keluaran ( cerumen/cairan): tidak ada
·
Fungsi
Pendengaran : Nerfus
VIII ( normal)
§ hasil
test weber : Lateralisasi kiri dan kanan
§ Test
Rine : Rine (+)
§ Test
Swabach: memendek
§ Test
bisik : Jarak 2 meter klien dapat mendengar suara bisik
§ Fungsi Keseimbangan : Normal
8. Leher:
·
Kulit
: Cokelat, Sawo matang
·
ROM:
Normal,
( dapat digerakkan ke segala arah )
·
Kelenjar
Getah Bening: Tidak ada bengkak
·
Kelenjar
Tiroid: Normal, ( tidak ada masa pembesaran )
·
Trachea: Normal, ( tak ada pembesaran
massa )
9. Dada:
·
Suara
Paru: Normal ( Vesikuler )
·
Pola
nafas: Normal 20x/menit ( Reguler )
·
Bentuk dada: Simetris
·
Sputum:
Tidak ada sputum
·
Nyeri dada: tidak ada nyeri dada
·
Batuk /haemaptoe: Tidak ada haemaptome
·
Pengembangan
dada: Kembang kempis
·
Penggunaan
otot pernapasan tambahan : Napas tambahan perut
·
Frekuensi:
20x/menit
·
Irama
pernapasan: Teratur ( Reguler )
·
Pernapasan
cuping hidung : Tidak ada
10. Sirkulasi:
·
Distensi vena jugularis : Normal
·
Suara
jantung : S1&S2 Normal, Teratur
·
Suara
jantung tambahan : S3 tidak ada
·
Nyeri dada: Ada nyeri dada ketika sesak
·
Edema:
Tidak ada edema
·
Clubbing: Tidak ada clubbing
·
Rasa pusing: Ada rasa pusing
·
Capileri Refile: Normal < 5 detik
·
Rasa
kesemutan: Tidak ada Kesemutan
·
Perubahan
frekuensi/ jumlah urine :ada,100cc
·
Varises:
tidak ada varises di kaki
·
Tanda
cianosis: Tidak ada cianosis
·
Tanda
anemia: Pucat, anemis
·
Tanda
plebitis: Tidak ada plebitis, ( kemerahan, pembengkakan, nyeri )
·
Akral
dingin: Akral hangat
11. Kulit:
·
Warna:
Sawo matang
·
Tugor:
Normal, elastis
·
Texture:
Normal, kasar
·
Lesi
luka: Tidak ada lesi
12. Genitalia:
·
Pertama kali haid umur: 12 tahun
J.
PEMERIKSAAN
TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Fisik:
a. Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot
mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi
kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita)
2. Psikomotor
a. Gerak –
gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
b. Aktif dalam
berbagai jenis cabang permainan.
3. Bahasa
: mulai menyukai bahasa asing
4. Perilaku
kognitif:
a. Rasa inggin
tahu dan mencoba tinggi
b. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
(asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak,
meskipun relatif terbatas.
5. Perilaku
sosial: berinteraksi dengan teman sebayanya dengan membentuk kelompok kecil dan
bersifat temporer
6. Moralitas
:
a. Sikap
dan cara berpikir yang kritis
b. Mengidolakan
tokoh tertentu seperti artis.
K.
ANALISA
DATA
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||
DS :
☼
Klien mengatakan lemas
DO:
☼
Klien terlihat pucat
☼
Klien terlihat gelisah
☼
Klien berkeringat
☼
Trombosit
90 ribu/dl (150-450 rbu/dl)
☼
S: 38,2 C (36-37,5C)
|
Virus Dengue
(arbovirus)
Melalui gigitan
nyamuk
Masuk kedalam tubuh
Re infection
oleh virus dengue dengan serotip berbeda
Berekasi dengan
antibody
Meninbulkan
respon peradangan
|
Hipertemi
|
|||||||||
DS :
☼
Klien mengatakan
napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x
DO :
☼ Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6
sendok)
☼ Berat badan sebelum masuk RS 35 Kg
☼ BB sekarang 33 kg
☼ TB 140cm
☼ IMT 33 = 16
(1,4)2
|
Menimbulkan
respon peradangan
Menstimulasi
medulla vomiting center
Mual dan muntah
Intake nutrisi
kurang
|
Ganguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
|
|||||||||
Faktor resiko terjadi perdarahan yang lebih lanjut:
☼ Klien mengatakan timbul bintik-bintik
merah di kedua kaki dan tangan
☼ Tampak bintik merah di kulit
☼ Trombosit 90.000/dl (150-450 ribu/dl)
☼ Leukosit 4,3 ribu/dl (5-13,5
rbu/ dl)
|
Terbentuk
kompleks antibody dalam sirkulasi darah
Pengaktifan
system complement dan dilepaskannya anvilaktosin C3a dan C5a
Lepaskan
histamine yang besifat vasoaktif
Permeabilitas
dinding pembuluh darah meningkat
Kebocoran plasma
di intertisium
Penurunan jumlah
cairan intravaskuler
Trombositopenia
|
Resiko
terjadi perdarahan
|
L.
PRIORITAS
MASALAH
1. Hipertemi
berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia
3. Potensial
terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
M.
RENCANA
KEPERAWATAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
No DX
|
Tujuan & kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Anak menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan criteria hasil :
- Badan tak terasa
panas
- Suhu dan nadi
dalam batas normal 36,50c-370c dan 50-90 x/m
|
☼ Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
☼ Berikan kompres air hangat
☼ Anjurkan orang tua untuk memberikan banyak minum paling tidak ± 8-9 gelas /hari
☼ Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari
pakaian yang tebal
☼ Anjurkan orang tua untuk segera mengganti pakaian
klien jika sudah basah oleh keringat
☼ Berikan terapi intravena dan obat-obatan sesuai
dengan progam dokter
|
☼ Suhu 38,9-41,10c menunjukkan proses
penyakit infeksi akut.
☼ Pemberian kompres membuat vasodilatasi
☼ Mempercepat proses penguapan melalui urine dan
keringat selain itu untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
☼ Untuk memudahkan dalam proses penguapan
|
2
|
Anak menunjukan kebutuhan nutrisi yang adekuat
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan kriteria hasil:
☼ Anak tidak merasa mual dan muntah
☼ Nafsu makan meningkat
☼ Porsi makan dihabiskan
☼ BB kembali bertambah ½ kg
|
☼ Sajikan makan yang mudah ditelan, seperti bubur,
serta dihidangkan selagi masih hangat
☼ Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering
☼ Catat jumlah porsi makanan yang
dihabiskan oleh klien tiap hari
☼ Pertahankan kebersihan mulut pasien
☼ Timbang berat badan tiap hari
☼ Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/nutrisi bagi
anak terutama saat sakit
|
☼ Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja
lambung untuk mencerna makanan dan menghindari rasa mual
☼ Karena porsi kecil biasanya ditoleransi dengan baik.
☼ Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan
dalam pemberian diet yang selanjutnya.
☼ Untuk merangsang napsu makan
☼ Untuk membantu status nutrisi
☼ Makanan merupakan penambahan makanan bagi anak saki
|
3
|
Tidak terjadi perdarahan lanjut setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari dengan kriteria hasil:
- Tidak ada
bintik-bintik merah di kulit
- Trombosit kembali
nnnormalnormanormal 150.000-normal 450.000/dl
- Leukosit normal
6000-12000/dl
|
☼ Monitor tanda-tanda perdarahan
☼ Monitor
penurunan trombosit
☼ Anjurkan anak untuk banyak istirahat
☼ Anjurkan anak untuk banyak minum
☼ Anjurkan agar anak tidak menggosok gigi dengan keras
☼ Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan trombosit
dan pemberian terapi
|
☼ Untuk mengetahui apabila ada tanda-tanda perdarahan
lebih lanjut
☼ Untuk mengetahui perkembangan penyakit
☼ Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta
membantu dalam proses penyembuhan
☼ Membantu meningkatkan jumlah trombosit dalam tubuh
☼ Merangsang terjadinya perdarahan dengan kadar
trombosit turun
☼ Indentifikasi kadar trombosit dan memberikan
tindakan secara tepat sehingga tanda-tanda perdarahan dapat diantisipasi
lebih lanjut
|
N.
CATATAN
KEPERAWATAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
Tgl/
|
No Dx
|
Implementasi dan respon hasil
|
Ttd
|
Selasa 27-1-14
Jam 7
|
1
|
Ø Mengobservasi tanda-tanda vital
RH: S : 380c,N : 92x/mnt, R : 22x/m, TD: 110/70 mmHg
Ø Memberikan kompres air hangat pada dahi
Ø Menganjurkan anak untuk minum banyak air/jus jambu ±
8-9 gelas/har
Ø Menganjurkan klien untuk memakai pakaian tipis yang
mudah menyerap keringat
Ø Membantu menggati pakaian anak karena sudah basah
oleh keringat
Ø Memberikan obat sanmol syrup 3x1tab, ranitidin 2x 1 gr
Ø Mengganti cairan IVFD RL 40 tts/mnt
|
|
Rabu 28-1-14
Jam 7
|
2
|
Ø Menyajikan makanan bubur, ikan, sayur, dalam keadaan
hangat
Ø Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan
sedikit-sedikit tapi sering
Ø Mencatat jumlah porsi makanan yang dihabiskan ½
porsi
Ø Menganjurkan
pada klien dan orang tua untuk mempertahankan kebersihan mulut dengan
menggosok gigi.
Ø Menimbang berat badan
RH: BB 33 kg
Ø Menjelaskan kepada orang tua manfaat nutisi bagi
anak terutama saat sakit. harus menkonsumsi makanan yang bergizi
untuk menambah stamina dan mempercepat proses penyembuhan
|
|
Kamis 29-1-14
Jam 7
|
3
|
Ø Memonitor tanda-tanda perdarahan yaitu bintik-bintik
merah, yang timbul dikulit
Ø Memonitor jumlah penurunan trombosit 90.000/dl
Ø Menganjurkan kepada anak untuk beristirahat banyak
dan mengurangi aktivitas yang berlebihan karena akan membutuhkan
energi lebih.
Ø Menganjurkan kepada orang tua untuk lebih sering
memberikan anak minum air/jus jambu yang banyak ± I gelas /jam
Ø Menganjurkan kepada anak untuk tidak menggosok gigi
dengan keras karena akan merangsang terjadinya perdarahan.
Ø Mengambil darah untuk pemeriksaan Ht,Hb,trombosit
sebanyak ± 2 cc
|
|
O.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama klien: An. T
Umur: 13 tahun
Tgl/jam
|
No Dx
|
Evaluasi (S.O.A.P)
|
Ttd
|
Selasa 27-1-14
Jam 9
|
1
|
S:
- Klien mengatakan
badan masih terasa panas
O:
- Akral teraba
panas
- S : 37,80c
- N : 92x/m
A:
Masalah peningkatan suhu tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan tindakan keperawatan
|
|
Rabu 28-1-14
Jam 9
|
2
|
S:
- Klien mengatakan
mulai ada napsu makan
O:
- Makanan yang
disajikan habis ½ porsi, BB 33 kg
- Bibir tampak
kering
A:
Masalah nutrisi belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensi keperawatan
|
|
Kamis 29-1-14
Jam 14
|
3
|
S:
Klien mengatakan masih ada bintik merah
di kedua kaki dan tangan
O:
- Tampak bintik
merah dikaki dan tangan
- Trombosit 90.000/dl, Hb : 12 gr%, Ht : 36g
A:
Masalah potensial terjadi perdarahan
belum teratasi
P:
Lanjutkan tindakan keperawatan
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang isu pada penyakit dengue
hemoraggik fever. Yang terdiri dari penggunaan fogging, Penerapan 3 M plus dan
daun jambu biji.
A. PENGGUNAAN FOGGING
Fogging atau pengkabutan
menjadi salah satu metode yang sering digunakan dalam pemberantasan sarang
nyamuk demam berdarah dengue (DBD). Pada metode ini, suatu lokasi disemprot
dengan insektisida menggunakan mesin. Fogging dalam
dosis tertentu ini bertujuan memberantas nyamuk dewasa, atau yang sudah bisa
terbang berpindah. Namun, metodefogging saat ini dipertanyakan
efektivitasnya. Hal ini dikarenakan kasus demam berdarah yang cenderung
meningkat.
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD
yang semakin meningkat, Budi berbagi tips agar upaya fogging menjadi efektif. Agar hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
1.
Minimal beradius
100 meter
Pelaksaan
fogging sebaiknya tidak dilakukan per kasus, seperti yang kerap dilakukan saat
ini. Fogging juga sebaiknya dilakukan dalam jarak 100 meter di sekeliling
tempat tinggal penderita DBD. Hal ini dikarenakan, 100 meter adalah jarak
optimal bagi nyamuk DBD untuk berpindah tempat. Rumah dalam radius 100 meter
berpeluang besar terkena virus DBD. Radius 100 meter adalah ketentuan bila
hanya terdapat satu korban. Jika korban lebih dari 3 makan radius bertambah
lebih dari 100 meter. Jadi jangan lagi fogging per wilayah RT, terlalu kecil. Lebih
baik per RW dan bisa dibentuk kelompok RW siaga.
2.
Perhatikan dosis
Ini menjadi poin
penting. Sering insektisida dan solar tidak berimbang,” kata Budi. Penyemprotan
harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional. Bila
insektisida terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal
dan hanya meninggalkan bau minyak tanah yang mengganggu kenyamanan. Dosis yang
tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk resisten insektisida.
3.
Awasi arah angin
Arah angin seringkali
luput dari perhatian. Padahal angin yang akan menyebarkan semprotan insktisida
ke seluruh wilayah, dalam radius tertentu. Angin juga yang membawa nyamuk
terbang berpindah menghindari pestisida. Fogging menyebabkan droplet insektisida dan mematikan bagi nyamuk dewasa
yang kontak langsung. Saat dikeluarkan dari mesin penyemprot, kabut insektisida
akan langsung menyebar sesuai arah angin. Oleh karena itu, sebaiknya
penyemprotan dilakukan sesuai arah angin. Penyemprotan yang melawan arah angin
akan mengenai tubuh penyemprot bukan nyamuk yang menjadi sasaran. Akibatnya
insektisida akan menjadi toksik bagi penyemprot.
Jurnal kesehatan yg berjudul Hubungan Angka Bebas Jentik Dan frekuensi
Foging Dngan Angka Kejadian DBD Di wilayah Kerja Puskesmas Gribling Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang oleh Lilik Zuhriyah*, Endang Sriwahyuni**, Indah Bachti
Setyarini.
Menyebutkan
bahwa. ABJ dan frekuensi fogging tidak menurunkan angka kejadian DBD di wilayah
kerja Puskesmas Gribig, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang tahun 2008-2009.
Frekuensi fogging berhubungan dengan angka bebas jentik (ABJ) di Kelurahan
Lesanpuro, Madyopuro dan Sawojajar. Keduanya memiliki hubungan yang lemah
dengan arah positif. Hal ini menunjukkan peningkatan frekeunsi fogging
menurunkan ABJ. Angka bebas jentik (ABJ) berhubungan dengan angka kejadian DBD
di Kelurahan Lesanpuro, Madyopuro dan Sawojajar. Keduanya memiliki
hubungan yang sedang dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
ABJ meningkat namun angka kejadian DBD tetap meningkat.
B.
PENERAPAN 3M
PLUS
Teknis dasar 3 M Plus yaitu
1. Pertama,Menguras:
membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti: bak
mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampungan lemari es dan
sebagainya.
2. Kedua, Menutup: memberi
tutup rapat pada tempat-tempat penampungan air seperti: drum, kendi, toren air
dan lain sebagainya.
3. Ketiga, Memanfaatkan atau
mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi jadi tempat nyamukk demam
berdarah bertelur.
4. Sementara itu, makna Plus dalam teknik dasar ini yaitu
melakukan segala bentuk pencegahan lainnya seperti
memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan, menggunakan
obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan
pemangsa jentik nyamuk, menanan tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan
ventilasi dalam rumah, tidak menggantungkan pakaian di dalam rumah karena
disukai nyamuk untuk tempat istirahat dan lain sebagainya.
5. "Pemberantasan dengan
teknik ini perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba
karean air hujan dapat meningkatkan ketersediaan breeding places vektor sehingga menimbulkan
kasus luar biasa.
Jurnal kesehatan yang berjudul Hubungan 3M plus dengan densitas
larva Aedes aegypti di kelurahan birobuli selatan kota palu sulawesi oleh Nahdah1,
Hasanuddin Ishak2, Agus Bintara Birawida.
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku
(pengetahuan, sikap dan tindakan) 3M plus dengan keberadaan densitas larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu, Terdapat hubungan Jenis
kontainer di TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan
Birobuli Selatan kota Palu. Densitas larva Aedes aegypti pada hasil
observasi masuk dalam kategori kepadatan sedang dengan Density figure 5.
Hal ini masih menunjukkan masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di
Kelurahan Birobuli Selatan.
C. DAUN JAMBU BIJI
Beragam manfaat daun jambu biji ini tentu
bersumber dari senyawa yang ada di dalam daun itu sendiri.Berdasarkan
penelitian klinis ditemukan fakta bahwa daun jambu biji ini mengandung sejumlah
senyawa penting antara lain: Saponin. Flavanoid. Polifenol. Alkaloid. Karoten.
Steroid. Kuinon. Anti-oksidan. Minyak atsiri.Tannin. dan Senyawa anti-mutagenic.
Dari dulu daun jambu
biji ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat alternatif karena mampu menyembuhkan
berbagai penyakit dan sudah banyak mengakui kemampuannya, terutama sebagai obat Demam
Berdarah (DBD).
Jurnal kesehatan yang berjudul Efek Penggunaan Suplemen Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava Linn.) dan Angkak (Monascus purpureus) dalam Meningkatkan
Trombosit pada Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Ilmu
Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang disusun oleh Septi Muharni1*,
Almahdy2 dan Rose Dinda Martini3.
Dari hasil penelitian efek penggunaan suplemen
ekstrak daun jambu biji (Psidium
guajava Linn.) dan angkak (Monascus
purpureus) dalam meningkatkan trombosit pada pasien DBD yang dirawat inap di bangsal Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang
didapatkan hasil bahwa pemberian
suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dan angkak (Monascus
purpureus) lebih cepat meningkatkan jumlah trombosit pada pasien DBD >
100.000/μL dibandingkan kelompok kontrol.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
DHF adalah penyakit infeksi akut yang di sebabkan oleh
virus, yang di tularkan melalui gigitan vektor aides aigepti
2.
Asuhan keperawatan yang di lakukan akan berhasil
sesuai dengan tindakan keperawatan yang terintegrasi secara baik yang di
lakukan oleh perawat, dokter serta peran serta keluarga .
B.
Saran
1.
Tenaga Kesehatan
Petugas
Kesehatan dapat mengetahui dengan jelas dan meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit DHF dalam pencegahannya dengan
memberikan leaflet dan poster baik difasilitas kesehatan ataupun di sarana umum
lainnya.
2. Bagi
ibu, Keluarga, dan Masyarakat
Dari hasil ini
dapat menjadi masukkan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan pengelolaan
lingkungan dan melakukan perlindungan diri seperti melakukan program 3M dan
pelaksanaan PSN secara mandiri dan teratur, serta memakai lotion dan obat anti
nyamuk sebagai tindakan pencegahan penyakit DHF.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A (2008), pengantar
ilmu keperawatan anak. Jakarta: EGC
Nursalam (2008), Asuhan
keperawatan pada anak. Jakarta: Salemba Medika
Priska Ani (2012), kutipan:
Karya tulis ilmia. Bekasi: Antariksa.
Nurohman, Inung. 2001. Asuhan
Keperawatan pada Anak M dengan DM DHF di Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
Efendy, Christante.
1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
http://www.dinkes_dki.go.id/penyakit.html#demamberdarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar