Rabu, 05 Februari 2014

stroke

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar saat ini, stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner dan Sudart).Keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke.
Makanan yang berlemak, kurang olah raga, obesitas (kegemukan), merokok, dan stres merupakan hal-hal yang dapat meningkatkan risiko stroke. Oleh sebab itu perbanyaklah makan sayur, buah-buahan segar, dan makanan yang berserat. Olah raga yang dilakukan secara teratur, misalnya lari pagi dan berenang, akan mengurangi risiko terkena stroke. Jaga berat badan Anda agar berkisar di sekitar berat badan ideal. Jika Anda perokok atau minum alkohol, segera hentikan kebiasaan buruk itu. Merokok atau minum alkohol akan meningkatkan risiko stroke sampai 200 persen. Bekerja dan menikmati hidup dengan santai juga sangat penting untuk menghindari stroke. Stres akan meningkatkan kadar radikal bebas di dalam tubuh Anda, yang dapat merusak berbagai jaringan dan organ-organ tubuh yang vita


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososiospritual pada klien dengan stroke non hemoragik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu menggambarkan:
a.       Konsep teori penyakit stroke non hemoragik.
b.      Pengkajian status kesehatan pada Tn. S dengan masalah stroke non hemoragik  secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.
c.       Diagnosa keperawatan yang  muncul pada Tn. S dengan masalah stroke non hemoragik.
d.      Rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada Tn. S dengan stroke non hemoragik.
e.       Pelaksanaan implementasi keperawatan terhadap Tn. S dengan stroke non hemoragik.
f.       Evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan stroke non hemoragik.
g.      Pendokumentasian asuhan keperawatan yang benar pada Tn. S dengan stroke non hemoragik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan study kasus ini mengacu pada masalah keperawatan pada system persyarafan: Stroke Non Hemoragik pada Tn. S diruang Kenanga RSUD Tangerang Provinsi Banten yang dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 16 November 2013 dengan menggunakan proses keperawatan.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk study kasus.  Tekhnik pengambilan data pada kasus dengan pengamatan atau observasi langsung ke klien, wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi atau catatan perawatan, partisipasi aktif  dan studi kepustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diuraikan dalam laporan kasus ini dibagi menjadi 5 Bab, yaitu:
BAB I                : PENDAHULUAN
 Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II                : TINJAUAN TEORI
 Landasan teori meliputi konsep dasar penyakit, berisi definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, diagnostik, penatalaksanaan medik dan keperawatan, konsep dasar  asuhan keperawatan, berisikan pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB III               : TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa  keperawatan,   perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi dan catatan perkembangan.
BAB IV               : PEMBAHASAN
BAB V                : PENUTUP
                           Meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN







BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (definisi menurut WHO).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000).
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi dan pembuluh darah (Price, 2000).
Stroke adalah Infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak (Junaidi, 2004).
Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di otak yang mengalami gangguan.
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.
B.     Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian, yaitu:
1.      Thrombosis
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2.      Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a.       Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b.      Myocard infark
c.       Fibrilasi.
d.      Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
e.       Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan  terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3.      Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.
Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a.       Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
b.       Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju ke otak.
c.       Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d.      Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):
1.      Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
2.       Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung).
3.      Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).
4.      Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun dan kadar esterogen yang tinggi.
5.      Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan iskhemia serebral umum.
6.      Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.
7.      Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah, merokok kretek dan obesitas.
8.      Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.
Faktor-faktor atau keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu:
a)      Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi: Usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
b)       Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: Riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes millitus, hiperkolesterol, obesitas, merokok.


C.    Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1.      Kehilangan motorik.
2.      Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
3.      Kehilangan komunikasi
4.      Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
5.      Gangguan persepsi
6.      Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
7.      Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
8.      Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1.      Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
2.      Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan.
3.      Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1PK5kcckCpAOGPpaLQ9MQ0UIyuRVxf-4odRV2XpCs_R1mSZFfc1Nqu_i2K8ad5VOiqgyAwIeV7SevxRdBrFKTJxEQYB7gTK8ibxb3_5nfqgja04g5ssusIWp0jJjodEk4VEjPBeHMU_o/s320/hm.png

D.    Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1.      Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2.       Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3.      Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4.      Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1.      Keadaan pembuluh darah.
2.       Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3.      Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4.      Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

E.     Pathways
                                                                      ETIOLOGI
Emboli cerebri

sumbatan pembuluh darah serebral

Pembuluh darah cerebral pecah

Pendarahan intra cerebral
Suplai darah keotak

Hypoksia jaringan serebral

Ggn. perfusi cerebral




 





Ggn. aktifitas fisik














Kelemahan otot













Ggn. neuro muscular


Tidak mampu mengunyah

Nutrisi inadekuat












Ggn. pusat bicara (area broca)


Ggn. komunkasi verbal






Penekanan pusat motorik




Ggn. pusat suara


Akumulasi darah

Penekanan jaringan otak

Penekanan pusat sensorik




Perubahan persepsi sensorik






Nyeri kepala



F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2.      Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
3.      Pungsi Lumbal
a)      Menunjukan adanya tekanan normal.
b)      Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan.
4.       MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5.      Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6.      Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE, Marilynn,2000).
G.    Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1.      Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi.
2.       Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh.
3.      Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4.       Hidrosefalus
H.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada stroke trombotik/emboli/ stroke non hemoragik didasarkan pada:
1.      Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran.
2.       Melindungi jaringan marginal disekitar infark.
3.        Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan ireversibel.
4.      Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya pemberian antikoagulan seperti Dicumarol, heparin.
Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk:
1.      Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra.
2.      Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi.
3.      Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft.
Selain yang disebutkan di atas yaitu:
a)      Breathing (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorak didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b)      Blood (B2)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif TD>200 mmHg.
c)      Brain (B3)
Stroke menyebabkan berbagai dfisit neurologis bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
d)     Bladder (B4)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarus eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan tekhnik steril. Inkotinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e)      Bowel (B5)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f)       Bone (B6)
Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada saah satu) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satusisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus, terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobillitas fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Muttaqin,2004).
I.       Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.



1.      Pengkajian primer
a.        Airway: Pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.
b.       Breathing: Kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada.
c.        Circulation: Meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit,nadi, dan adanya perdarahan.
d.       Disability:Yang dinilai adalah tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.
e.       Exposure: Penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.
2.      Pengkajian skunder
a.       Pengumpulan Data:
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, fisiologis, social budaya, spiritual kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien. (Marillyn E. Doengus et al 2000).Pengumpulan data dapat meliputi :
1.      Identitas klien.Meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam, MRS, nomor register, dignosa medis.
b.       Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c.       Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah projektil bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d.      Riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat hypertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktiv dan kegemukan
(Susan Martin Tucker. 2004).
e.       Pola-pola fungsi kesehatan
1.       Pola persepsi dan tatalaksana . Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme. Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase akut.
3.      Pola eliminasi. Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4.      Pola aktivitas dan latihan. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise / hemiplegia, kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot.
5.       Pola hubungan dan peran. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran unutk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
6.      Pola persepsi dan konsep diri. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
7.       Pola sensori dan kognitiv. Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan pandangan perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir
8.       Pola reproduksi seksual. Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
9.       Pola penanggulangan stres. Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
10.   Pola tata nilai dan kepercayaan. Pola tata nilai dan kepercayaan klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
v  Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum: Umumnya mengalami penurunan kesadaran.
b.      Suara bicara: Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
c.        TTV: TD meningkat, denyut nadi bervariasi (takikardi/bradikardi).
v  Pemeriksaan integumen
a.        Kulit: Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangn cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b.       Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c.        Rambut : Umumnya tidak ada kelainan
v  Pemeriksaan kepala dan leher :
a.       Kepala : Bentuk mecocephal.
b.      Muka : Umumnya tidak simetris yaitu mencong kesalah satu sisi
c.       Leher : Kaku kuduk jarang terjadi (satya negara. 1998).
v  Pemeriksaan dada: Pada pernapasan kadang didapatkan suara napas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara napas tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
v  Pemeriksaan Abdomen: Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang terdapat kembung.
v  Pemeriksaan Inguinal, genetalia, dan anus: Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine.
v   Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu tubuh
v   Pemeriksaan neurologis
a.       Pemeriksaan nervus kranial: Umumnya terdapat terdapat gangguan pada nervus kranialis VII dan XII sentral.
b.      Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan pada salah satu sisi tubuh).
c.       Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemiparesis
d.      Pemeriksaan refleks : Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan kembali didahului dengan refeks patologis.
e.        Test fungsi serebral
1)      Pemeriksaan tingkat kesadaran GCS
·         Respon membuka mata Nilai 1-4
·         Respon bicara Nilai 1-5
·         Respon motorik Nilai 1-6
2)      Daya ingat (memori)
·         Immediale memory/segera setelah presentasi
·          Recent memory/beberapa menit, jam, dan hari presentasi
·         Remote memory/post memory beberapa tahun atau jangka waktu lama
3)      Bicara, kemampuan untuk menerima dan menyampaikan informasi
·         Apasia motorik
·         Apasia sensorik
·         Apasia total
f.       Test Fungsi Refleks
1.       Refleks fisiologis : Refleks kornea, pharing, cahaya, abdominal, biceps, triceps, brachioradialis
2.      Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock, Palmomenta


g.      Test Fungsi Motorik dan Fungsi Cerebellum
1.      Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan
2.      Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya, tunjuk hidung sendiri”
3.      Test tonus dan kekuatan otot
·         Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak.
·         Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni.
·         Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri dengan cara ;
pemeriksa mencoba menggerakkan, sementara klien mempertahankan, dan klien yang menggerakkan dan pemeriksa yang menahan. Memakai enam penilaian/gradasi yaitu :
0 = bila terlihat tidak kontraksi
1 = terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
2 = ada gerakan pada sendi, tetapi tidak melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawantahanan pemeriksa/dengan tahanan ringan.
4 = bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

J.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, hemoragik, vasospasme cerebral, edema cerebral.
2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/paralisis hipotonik (awal), paralisis spastic.
3.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan).
4.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.
5.      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa ujung lidah.

K.    Intervensi

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, hemoragik, vasospasme cerebral, edema cerebral.
Tujuan keperawatan:
a. Klien dapat mempertahankan perkusi yang normal.
b. Gangguan perfusi jaringan dapat diatasi.

Kriteria hasil:
a. Klien tidak gelisah.
b. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
c. GCS Motorik: 6, Verbal: 5, Eye: 4
d. Pupil isokor, reflek cahaya (+).
e. Tanda-tanda vital normal (nadi: 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit).
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya.

b. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total.

c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam.

d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis).

e. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.

f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.


g. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.

Rasional: Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
penyembuhan





Rasional: Untuk mencegah perdarahan ulang


Rasional: Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat.


Rasional: Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.

Rasional: Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra cranial.


Rasional: Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.


Rasional: Memperbaiki sel yang masih viable.


2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/paralisis hipotonik (awal), paralisis spastic.
Tujuan keperawatan:
a. Klien mampu melaksanakan parestesia, flaksid aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil:
a. Tidak terjadi kontraktur sendi.
b. Bertambahnya kekuatan otot.
c. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
a. Ubah posisi klien tiap 2 jam.




b. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit.


c. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit.


d. Tinggikan kepala dan tangan .
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

Rasional: Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.

Rasional: Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.


Rasional: Memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.



Rasional: Mempermudah pemenuhan oksigen ke jaringan seluruh tubuh
Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
3
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan).
Tujuan:
a. Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.

Kriteria hasil:
a. Adanya perubahan kemampuan yang nyata.
b. Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
a. Tentukan kondisi patologis klien.



b. Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi.

c. Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama.

d. Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat.

e. Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.

Rasional: Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan

Rasional: Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien.



Rasional: Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi



Rasional: Untuk mengetahui keadaan emosi klien







Rasional: Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.
4
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control atau koordinasi otot
Tujuan:
a. Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil:
a. Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
b. Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
a. Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
b. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh.

c. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.





d. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya.




e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi .

.
Rasional: Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.


Rasional: Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus.



Rasional: Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan

Rasional: Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu





Rasional: Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan
rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
5
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa ujung lidah.
Tujuan:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria hasil:
b. Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik untuk merangsang nafsu makan.
c. BB stabil.
d. Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat.
a. Observasi tekstur, turgor kulit.

b. Lakukan oral hygiene.

c. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan refleks batuk.



d. Letakkan posisi kpala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan.

e. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan.

f. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.

g. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui IV atau makanan melalui selang.

Rasional: Mengetahui status nutrisi klien.


Rasional: Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.

Rasional: Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.





Rasional: Untuk klien lebih mudahuntuk menelan karena gaya gravitasi



Rasional: Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan risiko tersedak.


Rasional: Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan.


Rasional: Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.



























BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 11 november 2013 jam 09.00 WIB, tanggal 12 november  2013 jam 08.00 WIB. Penyampaian data diperoleh dengan anamnesa dan melihat Catatan Medik pasien.
       I.            Identitas Pasien
Nama                           : Tn. S
Umur                           : 53 Tahun
Jenis Kelamin              : Laki-Laki
Pekerjaan                     : Buruh
Alamat                        : Enda batu ceper tangerang
Status Perkawinan      : Menikah
Suku/ Bangsa              : Jawa
Ruang Rawat              : Kenanga
No Register                 :
Tanggal masuk            : 11 november 2013
Diagnosa Medis          : SNH
    II.            Penanggung Jawab
Nama                           : Ny. A
Umur                           : 40 Tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Hubungan Dengan Klien: Istri

 III.            Riwayat Kesehatan
1.       Keluhan Utama: Lemah ektermintas tangan dan kaki sebelah kiri
2.      Riwayat penyakit sekarang: 2 hari sebelum dirawat di RS pada waktu Tn. S di rumah, saat hendak mandi dan mengangkat gayung tiba-tiba pasien sulit mengangkat tangan, tidak mual, tidak muntah dan nyeri kepala ada, bibir merot ke kanan oleh karena itu klien dibawa ke RSU Tangerang,. Klien kurang tahu penyebabnya, tiba-tiba kaki dan tangannya sulit untuk digerakkan. Klien belum pernah menderita sakit seperti ini dan mempunyai riwayat hipertensi, klien sering sekali merokok dan dalam sehari habis 2 bungkus rokok. Dari UGD RSU Tangerang klien mendapat RL 20 tpm,
3.      Riwayat penyakit dahulu: Klien sudah 2 tahun menderita penyakit Hipertensi
4.      Riwayat penyakit keluarga: Menurut klien, keluarga ada yang mempunyai riwayat Hipertensi yaitu ibunya.
Genogram

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOqe38u87cXhkUBW0u2G58tWit8l4zvge50TbhFES4l2juilRqG2WiRMVpYXq2Lp0yAbrwIafCVyDyxTSakjPeU8gg1eS3tBGe3W-o1RmtY6H-zj73FwtekRou_xFGPetnQGmsuP52AV8/s320/GEN.png

Pasien berjenis kelamin laki-laki anak ke tiga dari 3 bersaudara, ayah pasien sudah meninggal karena usia sudah tua, ibu klien meninggal karena stroke, pasien menikah dengan perempuan anak pertama dari dua bersaudara, dan mempunyai 3 anak. Anak pertama perempuan, kedua laki-laki, dan ketiga laki-laki. Pasien tinggal dengan istri mertua perempuan dan ketiga anaknya.
1.       Riwayat sosial ekonomi
Biaya perawatan ditanggung keluarga

 IV.            Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon
1.      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Pasien tahu sedikit mengenai penyakit yang diderita, pasien mengatakan keadaanya ingin segera membaik dan tidak bertambah parah.
2.      Pola nutrisi dan metabolik: Sebelum dirawat, pasien makan 3x dalam sehari, dengan diit biasa. Minum air putih 6 gelas dalam sehari. Selama dirawat, klien makan 3x dalam sehari, mengalami mual dan muntah saat pertama kali dirawat. Muntah 2x dalam 1 hari pertama. Dengan diit rendah gula, porsi sedikit tapi sering, minum 4 gelas dalam sehari.
3.      Pola aktivitas dan latihan: Klien adalah seorang laki-laki, anak ke 3 dari 3 bersaudara, terbiasa melakukan dan aktivitas secara mandiri sebelum mengalami kelemahan anggota gerak kiri. Selama dirawat aktivitas sehari-hari ada yang bergantung kepada keluarga, yaitu aktivitas makan, eliminasi (BAB dan BAK), mandi.
4.      Pola eliminasi: Sebelum dirawat pola eliminasi  klien dalam keadaan normal, BAB 1X dalam sehari, BAK 3X dalam sehari.  setelah dirawat BAK klien tidak ada gangguan namun BAB ada gangguan pola yaitu klien mengatakan sudah 4 hari  belum BAB.
5.      Pola istirahat dan tidur: Sebelum dan saat dirawat pola istirahat pasien tidak terganggu, klien tidur dari jam 22.00-05.00
6.      Pola sensori dan kognitif: Sebelum dan saat sakit pada Tn. S tidak ada penurunan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, sensasi perabaan). Klien tidak menggunakan alat bantu mendengar ataupun kacamata saat sebelum dan saat sakit. Saat sakit dan sebelum sakit tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat, bicara pelo, mulut merot ke kanan, dan memahami pesan yang diterima, klien juga mampu mengambil keputusan yang bersifat sederhana (misalnya klien mengatakan badan panas dan minta obat penurun panas). Persepsi terhadap nyeri yaitu: pusing atau nyeri kepala meningkat saat duduk dan bila berbaring nyeri berkurang, lama keluhan = lama duduk, lokasi sumber nyeri dikepala dan tidak menyebar. Skala: 5, keluhan dirasakan ketika berlatih duduk.
7.      Pola konsep diri: Klien terlihat kooperatif selama perawat atau petugas kesehatan melakukan pengkajian, dan merespon pertanyaan-pertyanyaan perawat. Terkadang klien juga bertanya tentang penyakit yang diderita.
8.      Pola hubungan dengan orang lain: Hubungan klien dengan orang lain baik, tidak ada masalah.
9.      Pola reproduksi seksual: Klien adalah seorang pria sudah  menikah, dan  selama dirawat belum melakukan hubungan seksual karena adanya kelemahan anggota gerak kiri.
10.  Pola mekanisme koping: Jika klien mempunyai suatu masalah, biasanya diselesaikan dengan musyawarah, dan sharing istri dan anaknya.
11.  Pola nilai kepercayaan dan keyakinan: Klien adalah seorang muslim, sebelum dirawat klien melakukan sholat 5 waktu, setelah dirawat ibadah klien terganggu karena kondisi yang lemah, dan hanya melakukan sholat dengan posisi tidur.
    V.            Pemeriksaan Fisik
1.       keadaan umum: baik, kesadaran komposmentis GCS 15, E4V5M6
2.       Tanda-tanda vital

12/11/2013
TD      :160/100 mmHg
S          : 36,8 ° C
N         : 88 X/Menit
RR       : 20 X/Menit
13/11/2013
TD: 145/90 mmHg, N:80 kali permenit,
RR: 24 kali permenit
S: 36,8°C.
14/11/2013
TD : 140/80 mmHg
S : 38,6°C
N : 88 X/m
RR: 20 kali

3.      Kepala : mesosefal, simetris, tidak ada luka, dan tidak ada jejas
4.      Rambut : pendek, bersih
5.      Mata    : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokhor
6.      Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terpasang NGT.septum baik
7.      Telinga : simetris, tidak ada serumen , bersih
8.      Mulut  :Asimetris, keadaan selaput mukosa lembab, tidak terdapat sariawan, mulut bersih, tidak terdapat bau mulut, tidak ada bengkak pada gusi, bibir agak kering. Leher dan tenggorokan: tidak ada benjolan pada leher, posisi trakhea di tengah, tidak terdapat pemasangan alat (trakeostomy), tidak ada pembesaran tonsil (inspeksi), tidak ada nyeri waktu menelan, posisi mulut merot ke kanan.
9.      Paru    
Inspeksi           : simetris
Palpasi             : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi            : sonor seluruh lapisan paru
Auskultasi       : vesikuler ada
10.  Jantung           
Inspeksi           : ictus cordis tak tampak
Palpasi             : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Perkusi            : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi       : bunyi jantung BJ I & BJ II
11.        Abdomen
Inspeksi           : datar, tidak asites
Auskultasi       : bising usus ada 10 x/menit
Palpasi             : teraba 2 cm di bawah arkus costae, padat, rata, tepi tajam, nyeri tekan ada
Perkusi            : timpani
12.  Genetalia
terpasang Kateter
13.  Ekstremitas
Kuku bersih, turgor baik, tidak adanya edema, akral hangat, Capillary refill time kurang dari 3 detik, kekuatan otot: tangan kiri 1 dan kaki kiri 1, tangan kiri5 dan kaki kiri 5. Klien bisa bergerak akan tetapi tangan kiri dan kaki kiri tidak bisa bergerak secara maksimal (mampu menahan gravitasi tapi dengan sentuhan jatuh), bila ingin latihan duduk klien berpegangan pada pengaman tempat tidur dan saat duduk klien mengatakan pusing. Pada daerah tusukan infuse (tangan sebelah kanan) tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada edema dan tidak kemerahan.
14.   Kulit: Bersih, warna coklat kehitaman,lembab, turgor baik, tidak ada edema.
VI. Data penunjang
Laboratorium Hematologi 13/11/2013
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXn0C_DPznojr9xujQi8nH6qA4GpfyVf-X5Dhz1RoF1oSi9RwbRp76wnLFgEQ20pVypAadCTQq9GFR2fixc04ME5aROuoFJgDWDnU4JBpC8u2MD5z1SjxNcCyGIVn7OJLXus7-wPV6zMk/s320/HEM.png
pemeriksaan ct scan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHWuMQrvDFzhc-YjOmI0zfFFsAzyQHxBD-HSCzc4Vrs0CWeTF2vhVcAdMD84rUnhd5k6dSKBk0MyhJsNOwyAuDrVBKhkHPSBCP6l-YAuILvTUA597ETHrukGOwpHv_5OOsof2AGJ-aiRU/s320/CTT.jpg





Terapi
12/11/2013
Infuse RL 20 tpm
Aspilet 1x80 mg (po)
Piracetam 2x1200mg (po)
Ranitidine 2x 50 mg (iv)
13/11/2013
Infuse RL 20 tpm
Aspilet 1x80 mg (po)
Piracetam 2x1200mg (po)
Ranitidine 2x 50 mg (iv)
Glicerine 10 ml (huknah) jam 13.30 WIB
14/11/2013
Infuse RL 20 tpm
Aspilet 1x80 mg (po)
Piracetam 2x1200mg (po)
Ranitidine 2x 50 mg (iv)
paracetamol 500 mg jam 16.00 WIB

A.    ANALISA DATA
NO
DX
HARI, TANGGAL
DATA FOKUS (DO/DS)
PROBLEM
ETIOLOGI
TTD
1
Senin, 11/11/2013
DS :
Klien mengatakan nyeri kepala pada waktu duduk, dengan skala 5.
Klien mengatakan tangan dan kakinya tidak bisa di gerakaan
DO:
Tekanan darah: 160/100 mmHg, suhu: 37 ° C, nadi: 89 kali permenit, RR: 20 kali permenit.
Ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial. TD 160/100mmhg
Nadi 89x/menit.
Hasil CT SCAN terdapat infak di daerah temporal sinestra
Emboli

perubahan perfusi jaringan serebral

Sumbatan di extravasasi daerah temporal pareatal sinestra

Aliran darah ke otak
 


Infak pada pembulu darah otak
 


TIK

Lumpuh sebagian di extremitas kanan
perubahan perfusi jaringan serebral
2
selasa12/5/2011
DS : kaki kiri tidak bisa digerakkan dan tangan kiri bisa sedikit digerakkan.
Klien mengeluh rentang geraknya terbatas
DO: Kekuatan otot:1111 5555
        11115555
 TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
Hasil CT scan
1.      Infark luas pada lobus temporal, occipital, dan parietal kiri
2.      Infark pada kapsula interna crus posterior kiri,
Lumpuh extermitas kanan

Imobilisasi

Kelemahan otot sebelah kanan

Mobilisasi fisik terganggu
Ganguan mobilisasi fisik
3
Selasa, 12/11/2013
DO : klien mengatakan sudah 4 hari klien tidak bisa BAB dan makan sayur sedikit
DS : pada abdomen teraba massa di kuadran kiri bawah bising usus:3 kali permenit.
Klien tidak bolehmengejan
Kelemahan otot pencernaan
 

Bising usus
 

Penyerapan air di colon

Konstipasi

Ganguan pola eleminasi bowel
Ganguan pola eliminasi bowel (konstipasi)


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
ü  perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak.
ü  kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia.
ü  gangguan pola eliminasi bowl berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam tubuh.  
C.    INTERVENSI
NO
DX
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1
perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
terputusnya aliran darah ke otak
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 8 jam, diharapkan tidak terjadi perubahan perfusi jaringan serebral KH: terpeliharanya tingkat kesadaran, menampakkan stabilisasi TTV dan tidak ada PTIK serta peran pasien tidak menampakkan kekambuhan.
1.       monitor TTV




2.       Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pusing

3.       Bantu klien tekhnik relaksasi dan distraksi (tarik nafas dalam dan mengajak bicara)

4.       Pertahankan tirah baring

5.       Berikan obat sesuai advis dokter
mengetahui kondisi perkembangan klien.

mengetahui faktor yang dapat menyebabkan pusing.

mengurangi rasa pusing




mengurangi rasa pusing

membantu proses penyembuhan
2
kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 8 jam, diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
KH : bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
1. monitor TTV




2. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit







3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada eksremitas yang
tidak sakit





4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien


5. Berikan obat sesuai advis dokter
mengetahui perkembangan kondisi klien.


otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan



gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.

mempertahankan otot tonus



membantu proses penyembuhan.
3
gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam tubuh
Tujuan :
 setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 kali 1 jam, diharapkan klien dapat BAB KH :
tidak teraba massa pada abdomen
1.      monitor TTV




2.      Anjurkan klien untuk sering minum air putih.








3.      Anjurkan klien untuk makan makanan berserat





Berikan huknah gliserin
untuk mengetahui perkembangan kondisi klien

supaya masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi

karena diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler

untuk membantu mempermudah BAB.

D.    IMPLEMENTASI

HARI, TANGGAL
JAM
NO DX
IMPLEMENTASI
RESPON KLIEN
TTD
Senin, 11/11/2013
08.00
1
 memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
09.00
1
Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00
1
Memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
11.00
1
 memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
12.30
1
Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
14.00
1
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis
O : klien kooperatif
Selasa, 12/11/2013
09.00
1
 memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
09.30
1
Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00
1
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis
O : klien kooperatif
17.00
1
monitor TTV
TD : 140/80 mmHg
S : 38,6°C
N : 88 X/m
RR: 20 kali
Rabu,
13/112013
09.00
1
 memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
10.00
1
Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.30
1
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis
O : klien kooperatif
13.00
1
Memberikan  obat sesuai advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral, piracetam 1x200 mg per oral, ranitidine, 1x50 mg iv)
S : -
O : klien kooperatif
Kamis,
14/11/2013
09.00
1
 memonitor TTV
S : -
O : TD: 140/80 mmHg, S: 36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
10.00
1
Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.30
1
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

S : klien mengatakan mau dibimbing dalam melakukan latihan fisik oleh fisioterapis
O : klien kooperatif
13.00
1
Memberikan  obat sesuai advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral, piracetam 1x200 mg per oral, ranitidine, 1x50 mg iv)
S : -
O : klien kooperatif
Jumat
15/11/2013
08.30
2
Menentukan  faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pusing
S : klien mengatakan bahwa kepalanya pusing dengan skala 5
O : klien tampak kesakitan
10.00
2
Memberikan  obat sesuai advis dokter (aspilet 1x80 mg per oral)
S : klien menanyakan obat apa itu?
O : klien kooperatif dan meminum obatnya
11.00
2
Mempertahankan  tirah baring
S : klien mengatakan posisi setengah duduk rasa pusing agak berkurang
O : klien tampak menahan sakit
13.00
2
Pertahankan tirah baring
S : klien mengatakan posisi setengah duduk rasa pusing agak berkurang
O : klien tampak menahan sakit










E.     EVALUASI

NO
HARI, TANGGAL
NO. DP
EVALUASI
TTD
1
Senin, 11/11/2013
1
S : klien mengatakan mau untuk melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang, TD: 140/80 mmHg, S:36,8° C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit, tidak ada tanda peningkatan TIK
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
2
Selasa, 12/11/2013
1
S : klien mengatakan mau untuk melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
3
Rabu  , 13/11/2013
1
S : klien mengatakan mau untuk melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
4
kamis , 14/11/2013
1
S : klien mengatakan mau untuk melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan  gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien)
5
Jumat , 15/11/2013
2
S : klien mengatakan pusing berkurang jika dalam keadaan setengah duduk dan setelah diberi obat oleh dokter
O : klien tampak tenang
A : masalah perubahan perfusi jaringan serebral sebagian teratasi
P : pertahankan  intervensi (menentukan factor pusing, pertahankan tirah baring, berikan terapi sesuai advice)



BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, penulis akan membahas masalah keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan membandingkan teori :
1.      perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak. (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
Diagnosa tersebut ditegakkan karena klien klien mengeluh nyeri kepala  jika akan miki dan mika dengan skala 5, dan didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 140/80 mmHg, Suhu: 37 ° C, nadi: 60x/menit, Respiratory Rate: 20 x/menit. Peningkatan tekanan darah yang tinggi menyebabkan ketegangan pembuluh darah intracranial sehingga tekanan intracranial meningkat dan mendesak jaringan otak, terdesaknya jaringan otak akan menyebabkan nyeri kepala yang diperberat saat batuk, mengejan saat buang air besar, dan membungkuk (Barbara C. Long, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan perfusi jaringan adalah gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena, masalah-masalah pertukaran hipovolemi dan hipervolemi. Keluarga mengatakan sudah tau kalau hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah yang tinggi akan meningkatakan tekanan pembuluh darah ke otak sehingga mendesak organ yang lain, sehingga kompensasi yang dirasakan adalah nyeri kepala atau kebanyakan pasien menyebutnya dengan pusing. Kelompok memprioritaskan perubahan perfusi jaringan serebral sebagai diagnose pertama  . Adapun untuk mengatasi masalah tersebut kelompok mengimplementasikan memonitor  TTV, membantu klien tekhnik relaksasi dan distraksi (tarik nafas dalam dan mengajak bicara), mempertahankan  tirah baring, dan memberikan  obat sesuai advis dokter. Hipertensi merupakan salah satu factor pencetus terjadinya stroke seperti yang di alami Tn. S untuk itu harus diatasi sesuai intervensi yang ada.
2.      kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia. (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
Diagnosa  tersebut ditegakkan karena pasien mengeluh pada ekstremitas superior dan inferior sinistra tidak bisa digerakkan dan didapatkan data sebagai berikut :
Kekuatan otot: tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3, Tekanan Darah: 140/80 mmHg, Suhu: 36,8° C, Nadi: 88 kali/menit, Respiratory Rate: 20kali/menit. Tn S tampak berbaring saja di tempat tidur, keluarga klien juga mengatakan klien pernah dirawat di RS A 1 bulan yang lalu. Kelompok memprioritaskan diagnosa tersebut menjadi diagnosa kedua karena setelah diketahui adanya gangguan mobilitas fisik bisa timbul masal ini yaitu gangguan mobilitas fisik. Adapun untuk mengatasi masalah tersebut kelompok melaksanakan latihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006).  Pada Tn S kelompok melakukan ROM pasif.
Faktor  yang mendukung terlaksananya ROM pasif ini adalah klien dan keluarga yang kooperatif untuk diimplementasikannya ROM pasif  ini.






BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.
Pada keluarga Tuan S sebenarnya sudah menderita hipertensi dan keluarga tidak memahami itu serta klien juga merupakan perokok sehingga hipertensi yang merupakan factor risiko terjadinya stroke terjadi pada Tuan S, keluarga baru menyadari adanya stroke yang terjadi pada Tn. S setelah tuan S mengalami kelumpuhan. Kondisi klien pada masa post strok 1 bulan yang lalu adalah Tekanan Darah 140/80 mmHg, suhu 36,8 ° C, nadi 88 X/Menit respiratory rate 20 X/Menit. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn S yaitu dengan mengimplementasikan intervensi ROM (range of motion) pasif. Dalam hal ini kelompok menekankan bahwa pergerakan itu penting supaya klien tidak mengalami kekakuan sendi dan kekuatan otot tidak menurun, ROM pasif ini juga dapat dilakukan oleh keluarga pada saat klein bearada di rumah nantinya. Kerena latihan pergerakan ini sangat penting bagi klien yang mengalami hambatan dalam mobilisasi.
B.     SARAN 
§  Penerapan ROM pasif sangat perlu diterapakan saat klien berada di rumah nantinya untuk mencegah terjadinya kontraktur
§  Keluarga melakukan motivasi terhadap klien untuk melaksanakan ROM pasif 3 kali sehari







DAFTAR PUSTAKA

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 2004

Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC,
2000

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes,
2004

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000

Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press,
2002